Massa demonstran mengencam syarat yang harus dijalankan Yunani untuk mendapat bailout
|
Dalam hampir 20 tahun terakhir, baru kali ini unjuk rasa di Yunani memakan korban jiwa. Para demonstran mengecam keputusan pemerintah Yunani, yang akhir pekan lalu menerima jaminan pinjaman darurat (bailout) senilai 110 miliar euro (sekitar US$144 miliar) dari kelompok negara pengguna euro (eurozone) dan Dana Moneter Internasional (IMF).
Masalahnya, kucuran bailout itu disertai syarat yang berat: Pemerintah Yunani harus memperketat belanja anggaran dan harus menaikkan pajak. Syarat yang harus dipenuhi pemerintah itulah yang membuat marah sebagian rakyat Yunani.
Bagi ekonom, syarat itu mau tidak mau harus dipenuhi Yunani demi mendapatkan bailout. Pasalnya, utang Yunani kini mencapai 330 miliar euro (sekitar US$387,72 miliar) dan terancam dinyatakan bangkrut bila gagal membayar kewajibannya dalam beberapa pekan karena sudah ada utang yang jatuh tempo. Maka, mau tidak mau Yunani harus segera mendapat pinjaman darurat.
Namun, bagi rakyat Yunani, persyaratan dari eurozone dan IMF demi mendapat bailout itu juga turut menyusahkan mereka. Syarat memperketat belanja anggaran negara dan menaikkan pajak terancam memperparah pengangguran dan memperberat beban hidup rakyat.
Itulah sebabnya, demi menentang persyaratan itu, para pekerja Yunani Rabu kemarin berunjuk rasa secara massal di beberapa tempat. Konsentrasi massa terletak di Athena. Massa bergerak menuju gedung parlemen sambil berteriak, "maling, penghianat."
Namum, demonstrasi itu tidak saja melumpuhkan layanan transportasi dan rutinitas penduduk, melainkan juga menimbulkan korban jiwa. Segerombolan massa melempari gedung-gedung yang searah dengan gedung parlemen dengan bebatuan dan bom molotov.
Akibatnya, kantor suatu bank terbakar dan menewaskan tiga pekerja - satu laki-laki dan dua perempuan. Mereka terjebak di dalam setelah massa membakari kantor mereka. Bahkan, massa demonstran sempat memblokir laju tim pemadam kebakaran.
Kerusuhan yang sulit dikendalikan itu juga melukai 15 warga sipil dan 29 polisi. "Ini merupakan hari yang kelam bagi demokrasi," kata Menteri Perlindungan Masyarakat, Michalis Chrisohoides.
Kecaman atas demonstrasi yang berlanjut pada kerusuhan berdarah itu juga dilontarkan presiden dan perdana menteri Yunani.
Krisis utang di Yunani itu telah dikhawatirkan para pelaku pasar saham dan minyak mentah di manca negara. Mereka khawatir bahwa pinjaman darurat (bailout) sekitar US$144 miliar kepada Yunani, yang akhir pekan lalu sudah disetujui negara-negara pengguna euro (eurozone) dan Dana Moneter Internasional (IMF), sudah terlambat mencegah menularnya krisis utang ke negara-negara lain - seperti yang telah diwanti-wanti kalangan pasar selama berbulan-bulan.
Mereka khawatir bahwa negara-negara lain yang juga bermasalah dengan utang pada akhinya juga mengajukan bailout. Survei dari lembaga pemeringkat utang Standard & Poor's pekan lalu sudah mendeteksi bahwa Portugal dan Spanyol mulai bermasalah dengan keuangan mereka.
Investor pun menilai bahwa pinjaman darurat sebesar itu hanya efektif untuk mengatasi krisis utang Yunani untuk jangka pendek, karena hanya cukup untuk membayar utang-utang yang sudah jatuh tempo.
Krisis di Yunani itu juga dipandang menjadi beban bagi eurozone dan ini berpengaruh pada lunturnya kepercayaan pasar akan mata uang euro.
0 Comments:
Post a Comment